Jumat, 18 Desember 2009

POLUTION

PENCEMARAN DAN PENDANGKALAN AIR SUNGAI DI SEKITAR SMAN 1 PADALARANG
oleh : Irfan dan Syifa, X-8 2008







Kamis, 17 Desember 2009

MAKALAH PLH, oleh Tintin Supriatin,

PLH DI SEKOLAH KBB, PELUANG DAN TANTANGAN

1. Latar Belakang
Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Visi pendidikan lingkungan hidup yaitu: Terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Tujuan pendidikan lingkungan hidup : Mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
Sesuai dengan tujuan pendidikan lingkungan hidup, maka disusunlah kebijakan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia yang bertujuan untuk menciptakan iklim yang mendorong semua pihak berperan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup untuk pelestarian lingkungan hidup.
Sasaran kebijakan pendidikan lingkungan hidup adalah:
1. Terlaksananya pendidikan lingkungan hidup di lapangan sehingga dapat
tercipta kepedulian dan komitmen masyarakat dalam turut melindungi,
melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan lingkungan hidup;
2. Diarahkan untuk seluruh kelompok masyarakat, baik di perdesaan dan perkotaan, tua dan muda, laki-laki dan perempuan di seluruh wilayah Indonesia sehingga tujuan pendidikan lingkungan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud dengan baik.
Adapun kompetensi dalam PLH yang di ajarkan di sekolah, mengharapkan :
1. Sesuai dengan Visi dari PLH itu sendiri
2. Sesuai dengan PP gubernur no 25 tahun 2007 TENTANG MULOK PLH

Visi Bandung Barat cermat, yakni : bersama membangun masyarakat yang cerdas, rasional, maju, agamais, dan sehat, berbasis pada pengembangan kawasan agrobisnis dan wisata ramah lingkungan. Adapun makna uraian tersebut, adalah :


1. Cerdas Mengandung pengertian seluruh komponen
sumber daya manusia di Kabupaten Bandung Barat baik sumber daya aparatur maupun masyarakat harus berpendidikan, berahlaq mulia dan meimiliki integritas dan berdaya saing.
2. Rasional Mengandung pengertian di dalam
melaksanakan pembangunan haruslah
disesuaikan dengan realitas yang ada
termasuk di dalamnya pemanfaatan potensi
lokal dan kemampuan sumber daya serta
harus memiliki indikator capaian kinerja yang
terukur
3. Maju Mengandung pengertian seiring dengan
bertambahnya waktu KBB harus terus maju ke
depan, mengalami peningkatandan bertambah
baik di semua aspek kehidupan
4. Agamais Mengandung pengertian bahwa keyakinan
beragama menjadi landasan pengikat
kebersamaan dalam seluruh aspek
penyelenggaraan pemerintah, pembangunan,
dan kemasyarakatan.
5. Sehat Mengandung pengertian di setiap komponen
kehidupan bermasyarakat baik sumber daya
manusia, penyelenggaraan pemerintahan,
maupun alam dan lingkungannya haruslah
terawat, bersih, nyaman dan senantiasa
berada dalam keadaan yang baik.
6. Agroindustri Mengandung pengertian terwujudnya
peningkatan nilai ekonomis hasil produksi
pertanian di KBB melalui diversifikasi hasil-
hasil pertanian
7. Wisata ramah lingkungan
Mengandung pengertian terwujudnya
Pengembangan kawasan wisata alam
berdasarkan potensi dan kearifan lokal
dalam pelestarian lingkungan


Fenomena di lapangan, Pendidikan Lingkungan Hidup belum menjangkau seluruh elemen masyarakat, apakah itu peserta didik, pendidik, pejabat, ibu rumah tangga, pemuda, petani, pengusaha, perusahaan swasta dsb.
Hal itu dapat dilihat dari :
1. Penyelenggaraan PLH di sekolah-sekolah di KBB
Dalam penyelenggaraan PLH di sekolah di KBB, masih beranekaragam, ada yang belum diberikan sama sekali, ada yang hanya untuk kelas satu saja, ada yang di setiap kelasnya diberikan, dsb.
2. Banyaknya Pengusaha yang melanggar etika lingkungan.

3. Banyaknya masyarakat yang belum sadar akan lingkungan.
4. Banyaknya Pejabat yang kurang peduli terhadap masalah lingkungan hidup
5. Banyaknya Perusahaan swasta, yang tidak peduli terhadap masalah lingkungan hidup


2. Permasalahan lingkungan hidup di KBB
Permasalahan lingkungan hidup yang utama dihadapi saat ini adalah terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup. Faktor penyebabnya adalah adanya praktek-praktek yang mencemari dan mengeksploitasi sumber daya alam secara kurang bertanggung jawab, pola konsumsi yang berlebihan dalam memanfaatkan sumberdaya alam tanpa memperhatikan daya dukung lingkungan (mengabaikan fungsi ekologi), serta kemiskinan, dan kerawanan keamanan.

Contoh kompleksnya masalah lingkungan hidup seperti perumahan penduduk yang tidak bersih menimbulkan lingkungan tidak sehat sehingga makhluk hidup penyebar penyakitpun merajalela. Selain situasi kondisi yang terjadi seperti tersebut juga mempengaruhi sumber lingkungan hidup lainnya seperti sumber air bersih, pemanfaatan lahan yang tidak teratur yang disebabkan menebang pohon sembarangan, dsb.
Contoh lain misalnya di suatu kawasan pabrik. Situasi kondisi lingkungan hidup dikawasan pabrik adalah adanya kebisingan, pencemaran udara, udara panas, sumur sumber air masyarakat yang tersedot jet pump pabrik, areal tanah yang berkurang kesuburannya akibat zat-zat kimia yang mencemari tanah baik melalui udara ataupun melalui air.

3. Solusi, Peluang dan Tantangan PLH DI KBB
3.1. Melalui PLH diseluruh tingkat jenjang pendidikan formal dan non
Formal
Pendidikan lingkungan hidup formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan secara terstruktur dan berjenjang oleh institusi pendidikan baik pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Metode pendekatan yang digunakan dapat berupa kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri). Jenjang pendidikan formal yang berlaku dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia adalah:
Jenjang Pendidikan Dasar : merupakan jenjang pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki dasar-dasar karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kuat dan memadai untuk mengembangkan potensi diri peserta didik secara optimal sehingga memiliki ketahanan dan keberhasilan dalam pendidikan lanjutan atau dalam kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Materi pada jenjang pendidikan dasar ini merupakan landasan bagi jenjang pendidikan menengah.
Jenjang Pendidikan menengah: sebagai lanjutan dari jenjang pendidikan dasar, penyelenggaraan pendidikan menengah bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan yang kuat untuk kemudian digunakan dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Pendidikan Tinggi: merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor. Adapun tujuan dari penyelenggaraan pendidikan tinggi adalah meningkatkan karakter, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan para peserta didik agar setelah lulus dapat memainkan peran intelektual, sosial, budaya dan profesional yang bermakna dalam pembangunan bangsa
Pendidikan lingkungan hidup non formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang yang diselenggarakan bagi yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Pendidikan nonformal juga berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Bentuk umum dari kegiatan pendidikan non formal adalah Kursus/pelatihan yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Metode yang umum digunakan adalah kombinasi antara metode ceramah, latihan (studi kasus), dan diskusi.
Pendidikan lingkungan hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah dan dilaksanakan tidak terstruktur maupun tidak berjenjang. Berdasarkan intensitas proses pembelajaran dan outcomes yang dihasilkannya, beberapa bentuk kegiatan pendidikan lingkungan hidup pada jalur informal adalah :
Penerbitan Media: salah satu bentuk pendidikan lingkungan hidup yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, gagasan, dan perkembangan-perkembangan terbaru berkaitan dengan lingkungan hidup kepada masyarakat luas melalui publikasi media massa (media cetak maupun elektronik) baik itu dalam bentuk buku, majalah, tabloid, buletin, artikel ilmiah, poster, opini umum, iklan layanan masyarakat, dan sebagainya. Hasil akhir yang ingin dicapai umumnya berupa peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran akan pelestarian lingkungan hidup.
Penyuluhan: merupakan kegiatan pendidikan lingkungan hidup non formal yang bertujuan untuk menerangkan/menjelaskan tentang suatu isu, permasalahan, gagasan, atau metode yang bersifat spesifik agar peserta memahaminya secara lebih mendalam.
Seminar: merupakan kegiatan pendidikan lingkungan hidup dalam bentuk forum persidangan ilmiah yang dipimpin/diarahkan oleh seorang pakar. Pada forum tersebut, satu atau beberapa nara sumber diberi kesempatan untuk menyampaikan gagasan, pemikiran, atau pengalamannya tentang topik tertentu guna mendapat tanggapan dari para peserta melalui mekanisme tanya jawab. Dengan demikian, baik nara sumber maupun peserta akan mendapatkan umpan balik (feed back) yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas pengetahuannya.
Lokakarya: merupakan kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang bertujuan untuk membahas permasalahan praktis tentang suatu bidang tertentu melalui mekanisme diskusi interaktif antar peserta yang memiliki minat yang relatif sama dengan tingkat keahlian yang relatif setara, namum memiliki sudut pandang yang relatif berbeda. Suatu lokakarya umumnya akan menghasilkan suatu kesepakatan, rumusan, atau rekomendasi yang akan menjadi acuan/referensi bagi pihak-pihak yang terlibat.

Visi pendidikan lingkungan hidup yaitu: Terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan, kesadaran dan keterampilan untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Pada hakikatnya visi ini bertitik tolak dari latar belakang permasalahan pendidikan lingkungan hidup yang ada selama ini dan sejalan dengan filosofi pembangunan berkelanjutan yang menekankan bahwa pembangunan harus dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang serta melestarikan dan mempertahankan fungsi lingkungan dan daya dukung ekosistem.

3.2. Aset Sekolah di KBB sebagai penyelenggara PLH
Profil Sekolah di KBB dan Jumlah :

TK SDN SDSWASTA SMPN SMPSWTA SMAN SMASWASTA
Jumlah 92 694 9 30 50 12 22


Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, baik pada skala global, nasional maupun pada wilayah yang lebih kecil, pendekatan pembangunan menjadikan manusia sebagai sentral dan bukan hanya sebagai alat bagi pembangunan. Tidak seperti konsep pembangunan sebelumnya yang lebih mengedepankan pertumbuhan ekonomi, dengan berasumsi bahwa pertumbuhan ekonomi akan mendorong keuntungan bagi manusia, pembangunan manusia mempunyai cakupan yang lebih luas dan lebih menyeluruh, yaitu meliputi perluasan pilihan manusia bagi seluruh masyarakat pada setiap tahapan pembangunan. Dalam pembangunan manusia, tujuan pembangunan yang mendasar adalah menciptakan lingkungan yang dapat dinikmati oleh penduduk selama mungkin serta kesehatan dan kehidupan yang berdaya guna. Kelihatannya mungkin sesuatu yang sederhana, tetapi ada hal yang seharusnya penting untuk diperhatikan tetapi seringkali dilupakan, yaitu jumlah komoditi dan nilai finansial kesehatan.

Sebagaimana yang tertulis dalam laporan pertama Human Development Report (HDR) yang dliterbitkan oleh United Nations Development Programs (UNDP) pada tahun 1990, dimana pembangunan manusia diartikan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choice of people). Diantara berbagai pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan dan untuk mempunyai akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak. Pilihan penting lainnya meliputi kebebasan berpolitik, jaminan atas hak asasi manusia dan penghormatan atas pribadi. Jadi perhatian pembangunan manusia lebih dari sekedar pembentukan kemampuan manusia seperti peningkatkan kesehatan dan pengetahuan, tetapi juga memperhatikan bagaimana penduduk memanfaatkan kemampuan yang dimilikinya untuk kesenangan, tujuan produktif dan aktivitas masyarakat dalam sosial, budaya dan kemampuan politiknya. Pembangunan manusia berusaha menyeimbangkan semua keadaan ini.

3.3 Strategi KLH Pelaksanaan PLH ini meliputi:
1. Meningkatkan kapasitas kelembagaan pendidikan lingkungan hidup sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang ditujukan untuk:
a. mendorong pembentukan, penguatan dan pengembangan (revitalisasi) kapasitas kelembagaan PLH;
b. mendorong tersusunnya kebijakan pendidikan lingkungan hidup di tingkat Pusat dan Daerah;
c. memperkuat koordinasi dan jaringan kerja sama pelaku pendidikan lingkungan hidup;
d. membangun komitmen bersama untuk PLH (termasuk komitmen pendanaan);
e. Mendorong terbentuknya sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup.
2. Meningkatkan kualitas dan kemampuan (kompetensi) SDM PLH, baik pelaku maupun kelompok sasaran pendidikan lingkungan hidup sedini mungkin melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif.
Mengembangkan kualitas SDM Masyarakat, yang meliputi guru, murid sekolah, aparatur pemerintah, para ulama serta seluruh lapisan masyarakat sedini mungkin secara terarah, terpadu dan menyeluruh harus dilakukan melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif. Upaya ini harus dilakukan oleh seluruh komponen bangsa sehingga generasi muda, subjek dan objek pendidikan lingkungan dapat berkembang secara optimal.
Selain itu, peningkatan kemampuan SDM di bidang lingkungan hidup dalam profesionalitas (kompetensi) tenaga pendidik, dan peningkatan kualitas masyarakat dan peningkatan kualitas SDM pada tingkat pengambil keputusan (birokrat) menjadi hal yang penting dilakukan juga dalam rangka pengembangan kebijakan pendidikan lingkungan hidup.
3. Mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan lingkungan hidup yang dapat mendukung terciptanya proses pembelajaran yang efisien dan efektif.
Dengan mengoptimalkan sarana dan prasarana pendidikan lingkungan hidup dapat mendukung terciptanya tempat yang menyenangkan untuk belajar, berprestasi, berkreasi dan berkomunikasi. Optimalisasi sarana dan prasarana ini dapat dilakukan dengan menggunakan perpustakaan, laboratorium, alat peraga, alam sekitar dan sarana lainnya sebagai sumber pengetahuan.
4. Meningkatkan dan memanfaatkan anggaran pendidikan lingkungan hidup dan mendorong partisipasi publik serta meningkatkan kerja sama regional, internasional untuk penggalangan pendanaan PLH.
Meningkatkan pendanaan pendidikan lingkungan hidup khususnya anggaran pada instansi yang melaksanakan pendidikan lingkungan hidup yang memadai diharapkan dapat memacu perluasan dan pemerataan perolehan pendidikan khususnya pendidikan lingkungan hidup bagi seluruh rakyat Indonesia dan menuju terciptanya manusia Indonesia yang berkualitas. Saat ini anggaran pendidikan khususnya pendidikan lingkungan masih sangat minim, walaupun di dalam Amendemen UUD 1945, pagu anggaran pendidikan telah ditetapkan minimum sebesar 20% dari seluruh APBN.
Di samping itu, sumber pendanaan pendidikan lingkungan hidup dapat digalang dari masyarakat, baik lokal, regional maupun internasional.
5. Menyiapkan dan menyediakan materi pendidikan lingkungan hidup yang berbasis kearifan tradisional dan isu lokal, modern serta global sesuai dengan kelompok sasaran PLH serta mengintegrasikan materi pendidikan lingkungan hidup ke dalam kurikulum lembaga pendidikan formal.
Penyusunan materi PLH harus mengacu pada tujuan pendidikan lingkungan hidup dengan memperhatikan tahap perkembangan dan kebutuhan yang ada saat ini. Untuk itu materi pendidikan lingkungan hidup yang berbasis kearifan tradisional dan isu lokal, modern serta global harus disesuaikan dengan kelompok sasaran PLH.
6. Meningkatkan informasi yang berkualitas dan mudah diakses dengan mendorong pemanfaatan teknologi.
Dalam meningkatkan informasi yang berkualitas, pemanfaatan teknologi perlu terus diupayakan sehingga pengembangan pendidikan lingkungan dapat berhasil guna dan berdaya guna serta sekaligus dapat memberikan akses kepada masyarakat terhadap informasi tentang pendidikan lingkungan hidup.
7. Mendorong ketersediaan ruang partisipasi bagi masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan lingkungan hidup.
Dalam meningkatkan peran serta masyarakat dibidang pendidikan lingkungan hidup meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan (Pasal 54, UU Sidiknas 2003) perlu terus digalakkan. Selain itu, penyediaan ruang bagi masyarakat untuk pastisipasi akan menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup.
8. Mengembangkan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang berbasis kompetensi dan partisipatif.
Metode pelaksanaan pendidikan lingkungan adalah hal yang sangat penting dan sangat berperan dalam menghasilkan proses pembelajaran yang berkualitas. Pengembangan metode pelaksanaan dalam pendidikan lingkungan hidup ditujukan pada pengembangan berbagai metode penyampaian pendidikan lingkungan hidup (antara lain melalui Joyful Learning Process) pada setiap jenjang pendidikan dan pengembangan berbagai metode partisipatif tentang pendidikan lingkungan hidup.

3.4. Sponsor sebagai pendampingan sekolah dalam PLH, merupakan
simbiosis mutualisme

Berdasar uraian tersebut di atas, banyaknya permasalahan lingkungan hidup yang memerlukan penanganan dan menjadi tanggung jawab kita semua, banyaknya asset daerah baik bentuk SDM, industri, BUMN, menjadikan peluang bagi KBB untuk menciptakan sesuatu yang nantinya menjadi asset daerah sesuai cita-cita otda, visi KBB.
Perubahan maind set tentang sampah menjadi memiliki nilai lebih untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Selain itu, dipaparkan bahwa salah satu visi Pemda Jabar adalah tercapainya masyarakat yang mandiri dengan memperhatikan 3 aspek, yaitu pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kesehatan tidak hanya identik dengan layanan kesehatan, 75% kesehatan dibangun oleh pola dan gaya hidup mengenai perilaku hidup yang sehat. Pendidikan ini harus melibatkan 42, 1 juta jiwa untuk membangun kesadaran tentang kesehatan melalui PHBS (Perilaku hidup Bersih dan Sehat). Sasaran kegiatan PHBS tersebut adalah rumah tangga, dinas pendidikan, kesehatan dan perkantoran. Gerakan Sadar PHBS (GERSAD) bekerja sama dengan pemerintah Prov. Jabar agar dapat diterapkan di kantor pemerintahan karena petugas di pemerintahan harus dapat menjadi pelopor/ panutan. Salah satu indikasi PHBS di perkantoran adalah dilakukan pemilahan dan pengelolaan sampah (salah satunya dengan konsep 3R).
Pengelolaan sampah secanggih apapun di Tempat Pemrosesan Pengolahan Sampah (TPST) akan mengalami kesulitan bila sampah tidak di pilah dari hulu/ sumber. Sehingga perlu sosialisasi terhadap sasaran-sasaran PHBS, yaitu dengan dilakukannya pilot project pemilahan dan pengelolaan sampah di pakuan agar menjadi percontohan, sebagai contoh pilot project di daerah pakuan (komplek perumahan gubernur Jabar).
Peserta Pelatihan Pengelolaan Sampah Domestik (Sistem Bank Sampah)
PKK berkonsentrasi pada peningkatan kapasitas di rumah tangga, tantangan yang dihadapi pertama bagaimana mengubah main set mengenai sampah dari bau menjadi sesuatu yang dapat mengehasilkan uang/ berkah. Salah satunya dengan sistem Recycle Bank dengan menabung sampah dapat menghasilkan uang. Tantangan kedua adalah harus dapat membaca situasi sebagai contoh di perkotaan: jumlah wanita karier banyak, sehingga yang melakukan upaya pengelolaan sampah adalah pembantu rumah tangga, sehingga perlu dipikirkan seperti apa sosialisasi yang tepat untuk mereka.
Diharapkan ada solusi berupa strategi terhadap program pengolahan dan prevensi tentang sampah; adanya tag line tentang pengolahan sampah Jabar misal: Jabar yg Hijau (Green Environment) untuk menghasilkan our green earth, dan kita mampu menjadi agent of change.

3.5. Apa Itu ADIWIYATA ?

Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna: Tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.
TUJUAN PROGRAM ADIWIYATA
Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.
Kegiatan utama diarahkan pada terwujudnya kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Disamping pengembangan norma-norma dasar yang antara lain: kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komperensif.



Daftar Pustaka
Barbara B. Seels, Rita C, Richey, 1994. Instructional Technology : The definition
and domains of the field (terjemahan).
Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.

Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran, filosofi, teori dan aplikasi.
Bandung : Pakar Raya.

PP Gubernur Jawa Barat, No 25 tahun 2007, tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PLH.

Indah Lestari, dkk. 2004. Pendekatan SETS. Semarang : Unnes.

KNLH. 2004. File-file tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2005. Wilayah Kabupaten Bandung. Bandung : Kabupaten Bandung arsip.

Ismun Uti Adan.1998. Membuat briket bio arang. Yogjakarta : Kanisius

Moejiarto. 2002. Sekolah Unggul. Jakarta :Duta Graha Pustaka.

OttoSoemarwoto. 1999. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan . Jakarta : Djambatan.

Setyo Purwendro Nurhidayat. 2007. Mengolah Sampah : untuk pupuk pestisida organic. Depok : Penebar Swadaya.

SIARAN PERS

http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/5267
Ayo Menanam, Satu Orang Satu Pohon (One Man One Tree)

S I A R A N P E R S
Nomor: S.131/PIK-1/2009

AYO MENANAM, SATU ORANG SATU POHON (ONE MAN ONE TREE)

Ancaman dan permasalahan lingkungan yang dihadapi manusia saat ini adalah pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia memiliki peran yang penting dalam isu perubahan iklim global dengan menyediakan jasa lingkungan berupa penyerapan emisi karbon dari hutan yang ada.

Hutan Indonesia yang luasnya 120,3 juta ha diyakini mampu menyerap emisi secara signifikan. Namun demikian terjadinya deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia juga dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas CO2 ke atmosfer. Pada kondisi hutan yang baik, keberadaan hutan bermanfaat sebagai penyimpan dan penyerap emisi karbon atau Gas Rumah Kaca (GRK). Namun, pada kondisi hutan yang kurang baik, dianggap sebagai sumber emisi karbon karena melepas CO2 ke atmosfer. Menurut Stern Report, deforestasi menyumbang 18% dari emisi GRK total dunia, dan 75%-nya berasal dari negara berkembang.

Berdasarkan fakta tersebut, Departemen Kehutanan melakukan berbagai upaya untuk ikut serta mengendalikan pemanasan global, antara lain dengan menurunkan laju deforestasi dan degradasi hutan dan lahan dari 2,83 juta ha/tahun pada tahun 1999-2000 menjadi 1,08 juta ha/tahun pada tahun 2000-2006, menurunkan lahan yang terdegradasi atau kritis dari 59,3 juta ha sebelum tahun 2005 menjadi 32 juta ha setelah tahun 2005. Menurunkan tingkat pencurian kayu dan perdagangan kayu illegal dari 9000 kasus pada tahun 2007 menjadi 300 kasus pada tahun 2008, serta mengendalikan tingkat kebakaran lahan dan hutan dengan menurunkan jumlah hotspot dari 121.622 titik pada tahun 2006, 27.247 titik tahun 2007 dan hingga 11 Nopember 2008 terpantau 17.020 titik. Dibandingan tahun 2006 di propinsi rawan kebakaran, pada tahun 2007 terjadi penurunan hotspot sebesar 78% dan pada tahun 2008 terjadi penurunan hotspot sebesar 86%.

Upaya mengendalikan pemanasan global lainnya yang melibatkan seluruh komponen bangsa adalah dengan memperbanyak pohon dan tanam-tanaman sehingga memperbanyak penyerapan unsur-unsur gas-gas berbahaya, serta melestarikan hutan yang ada. Kita harus berupaya keras melakukan penanaman pohon secara besar-besaran dan mempertahankan keutuhan ekosistem hutan.

Sampai akhir tahun 2008 telah ditanam lebih dari 3 miliar pohon dari berbagai kegiatan. Penanaman pohon mempunyai manfaat yang besar dan luas, terutama untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup agar semakin baik, dan untuk mencegah terjadinya berbagai bencana alam banjir, tanah longsor di musim hujan, dan kekeringan serta kekurangan air bersih di musim kemarau, yang sekaligus juga untuk mencegah terjadinya kekurangan pangan.

Bersamaan dengan momentum pemilu yang dilaksanakan dengan asas One Man One Vote, Presiden RI mengimbau agar bangsa Indonesia dapat menanam One Man One Tree. Jika penduduk Indonesia berjumlah sekitar 230 juta jiwa, maka pada tahun 2009 ini bangsa Indonesia harus dapat menanam sebanyak 230 juta pohon.

Kegiatan penanaman serentak secara nasional telah dimulai sejak tahun 2007 dengan target sebanyak 79 juta pohon, dan tahun 2008 dengan target sebanyak 100 juta pohon. Realisasinya, target-target tersebut ternyata terlampaui. Pohon yang berhasil ditanam melebihi target yang dicanangkan. Target tahun 2007 sebanyak 79 juta pohon terealisasi 86,9 juta pohon. Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Pohon tahun 2007 sebanyak 10 juta batang, terealisasi 14,1 juta batang. Sampai saat ini, Gerakan Penanaman Serentak 100 juta pohon tahun 2008 telah terealisasi sebanyak 109 juta batang (lebih dari 100%). Gerakan Perempuan Tanam dan Program Ketahanan Pangan (GPT-PKP) juga terealisasi lebih dari 100% yaitu sebesar 5.083.467 batang dari rencana 5.010.000 batang. Demikian juga kerjasama kemitraan dengan berbagai ormas keagamaan dalam penanaman pohon, telah menanam 700 juta batang pohon.

Pemerintah menargetkan, pada tahun 2009 ini bangsa Indonesia mampu menanam sebanyak 230 juta batang pohon. Untuk dapat memenuhi target satu orang menanam satu pohon, bangsa Indonesia harus bekerja dan berusaha keras membangkitkan dan mengembangkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Dengan perhitungan orang per orang, maka secara individu, secara keluarga, kelompok, RT, RW, Desa, Kelurahan, Kecamatan, Wilayah, hingga Pemerintah Daerah harus diupayakan berpartisipasi melakukan penanaman pohon. Kita harus mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang, ONE MAN ONE TREE!

Gerakan penanaman dan Pelihara Pohon, harus terus digelorakan dan dilakukan secara kontinyu pada setiap tahun masa tanam. Dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia hijau berseri.

Jakarta, 20 Maret 2009
Kepala Pusat Informasi Kehutanan,
ttd.
Masyhud
NIP. 080062808

OMOT

President to launch `one man,one tree` movement in Bandung

http://www.antara.co.id/en/news/1260253193/president-to-launch-one-man-one-tree-movement-in-bandung

Tuesday, December 8, 2009 13:19 WIB | Environment | | Viewed 288 time(s)
Jakarta (ANTARA News) - President Susilo Bambang Yudhoyono was scheduled to kick off a `One Man One Tree` movement coinciding with Indonesia`s Tree Planting Day and the National Planting Month 2009, in Bandung District, West Java, Tuesday.

The head of state would plant a Samama (Anthocephalus macrophyllus) tree to mark the movement participated in by around 1,200 people, who would also plant trees at Pasir Malang, Ciherang village, Padalarang sub district, Bandung District, according to a press statement of the forestry ministry.

Samama tree can be used for light construction, short fiber pulp, veneer, plywood, carving, and wooden shoes. The bark has medicinal properties. The large leaves can be used as plates.

Since the Yudhoyono administration has launched nation-wide tree planting movement in 2007, more than 280 million trees have been planted.

From the Simultaneous Tree Planting Action and the Women`s Movement of Tree planting, some 86,989,425 trees were planted in 2007, from the plan of 79 million, and in 2008 a total of 108,947,048 trees were planted throughout the country, from the original target of 100 million trees, according to information from the forestry ministry.

From the Women`s Movement of Tree Planting and Caring, some 14,142,505 trees were planted from its plan of 10 million trees in 2007, and in 2008, a total of 5,157,538 trees were planted from the earlier target of five million trees.

Based on the forestry ministry`s existing written data, around 48 million trees were planted in 2009, in addition to an estimation of 30 million trees voluntarily planted by the communities which had not yet been reported to the ministry.

Deputy Governor of West Java Dede Yusuf on November 2, 2009, in Cikopo, Purwakarta, said the province had planted more than 80 million trees up to mid October 2009.(*)

HARI-HARI LINGKUNGAN

HARI-HARI LINGKUNGAN

10 JANUARI: HARI SEJUTA POHON
2 FEBUARI: HARI LAHAN BASAH
20 MARET: HARI KEHUTANAN SEDUNIA
22 MARET: HARI AIR
22 APRIL: HARI BUMI
22 MEI: HARI KEANEKARAGAMAN HAYATI
5 JUNI: HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA
16 SEPTEMBER: HARI OZON INTERNASIONAL
5 OKTOBER: HARI HABITAT
5 NOPEMBER: HARI CINTA PUSPA dan SATWA NASIONAL

Info

Lapisan Ozon

2.1 Pengertian Tentang Ozon
Ozon adalah gas yang secara alami terdapat di dalam atmosfir. Masing-masing molekul ozon terdiri dari tiga buah atom oksigen dan dinyatakan sebagai O3. Ozon bisa dijumpai di dua wilayah atmosfir. Sekitar 10% ozon berada di lapisan troposfir, yaitu wilayah atmosfir yang paling dekat dengan permukaan bumi dari permukaan bumi hingga ketinggian 10-16 kilometer. Sekitar 90% persen ozon berada di lapisan stratosfir, yaitu wilayah atmosfir yang terletak mulai dari puncak troposfir hingga ketinggian sekitar 50 kilometer. Ozon yang berada di stratosfir sering kali disebut lapisan ozon.
Ozon ditemukan di laboratorium pada pertengahan tahun 1800an. Keberadaan ozon di atmosfir kemudian ditemukan menggunakan metoda pengukuran secara kimiawi dan optis. Kata ozon berasal dari bahasa Yunani: ozein yang berarti berbau. Ozon memiliki bau yang sangat kuat sehingga keberadaannya mudah diketahui walaupun dalam konsentrasi yang rendah.
Ozon akan dengan cepat dapat bereaksi dengan berbagai bahan-bahan kimia dan dalam konsentrasi yang sangat banyak bersifat mudah meledak ( explosive ) . Pelepasan muatan listrik (electrical discharges) pada umumnya digunakan untuk membuat ozon dalam proses industri seperti proses pemurnian udara dan air, pemutihan tekstil dan produk-produk makanan.
Sebagian besar ozon (sekitar 90%) dijumpai di stratosfir, sebuah lapisan yang terletak pada ketinggian sekitar 10-16 kilometers di atas permukaan bumi hingga ketinggian sekitar 50 kilometers. Di daerah tropis lapisan stratosfir dimulai dari ketinggian yang lebih tinggi yaitu 16 kilomete r, dibandingkan dengan di daerah kutub yaitu 10 kilometer. Tempat berkumpulnya ozon di stratosfir biasanya dikenal dengan istilah “lapisan ozon.” Sekitar 10% ozon dijumpai di lapisan troposfir, yaitu wilayah atmosfir yang paling dekat dengan permukaan bumi , yaitu terletak diantara permukaan bumi dengan lapisan stratosfir.
Konsentrasi molekul-molekul ozon di atmosfir jauh lebih sedikit dibandingkan dengan gas-gas lainnya seperti oksigen (O2) nitrogen (N2) . Di lapisan stratosfir disekitar puncak lapisan ozon, terdapat sekitar 12 molekul ozon untuk setiap satu juta molekul udara. Di lapisan troposfir dekat permukaan Bumi, konsentrasi ozon lebih sedikit, berkisar antara 0,0 2 hingga 0, 1 molekul ozon untuk setiap satu juta molekul udara. Konsentrasi tertinggi ozon permukaan berasal dari udara yang tercemar oleh aktivitas manusia.
Sebagai ilustrasi sedikitnya konsentrasi ozon di dalam atmosfir kita, andaikan seluruh molekul-molekul ozon baik yang berada di troposfir maupun di stratosfir dibawa ke permukaan Bumi dan secara merata disebar ke seluruh permukaan Bumi, maka ketebalan ozon hanya sekitar beberapa milimeter saja.

Gambar 2.1 Konsentrasi Ozon

Pembentukan ozon di atmosfir
Ozon terbentuk di atmosfir melalui beberapa langkah proses kimia yang memerlukan bantuan sinar matahari. Di lapisan stratosfir, proses pembentukan ozon dimulai dengan pecahnya molekul oksigen (O2) oleh radiasi ultraviolet dari Matahari. Pada atmosfir bawah (troposfir), ozon terbentuk melalui serangkaian reaksi kimia yang berbeda yang melibatkan gas-gas yang mengandung hidrokarbon dan nitrogen.
Ozon stratosfir secara alami terbentuk melalui reaksi kimia yang melibatkan radiasi ultraviolet m atahari dan molekul oksigen yang tersedia di atmosfir (21% dari kandungan atmosfir). Langkah pertama, sinar matahari memecah molekul oksigen (O2) menghasilkan dua atom oksigen (2 O) seperti pada G ambar 2.2 . Pada langkah kedua, masing-masing atom oksigen tersebut bereaksi dengan sebuah molekul oksigen menghasilkan molekul ozon (O3). Reaksi tersebut terjadi terus menerus karena keberadaan radiasi ultraviolet matahari di stratosfir. Akibatnya, produksi ozon terbesar te r jadi di stratosfir tropis.


Gambar 2.2. Proses Pembentukan ozon di Stratosfir
Produksi ozon stratosfir seimbang dengan kerusakan ozon melalui reaksi kimia. Ozon secara terus menerus bereaksi dengan berbagai zat-zat kimia alami maupun buatan manusia di stratosfir. Dalam setiap reaksi, sebuah molekul ozon hilang dan senyawa kimia lainnya terbentuk. Berbagai gas reaktif yang penting yang dapat merusak ozon adalah gas-gas yang mengandung klorin dan bromin.
Dekat permukaan bumi , ozon juga diproduksi melalui reaksi kimia yang melibatkan gas-gas alami maupun gas-gas pencemar lainnya. Produksi ozon troposfir utamanya melibatkan gas-gas hidrokarbon dan nitrogen oksida serta sinar matahari. Pemakaian bahan bakar fosil merupakan sumber utama produksi ozon troposfir yang berasal dari gas-gas pencemar. Produksi ozon permukaan tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kelimpahan ozon stratosfir. Jumlah ozon permukaan terlalu sedikit dan memindahkan ozon permukaan ke stratosfir tidak cukup efektif. Sebagaimana ozon stratosfir, ozon di troposfir dapat rusak akibat adanya rekasi kimia secara alami maupun yang melibatkan zat-zat kimia buatan manusia.
Kelimpahan ozon di stratosfir dan troposfir ditentukan oleh keseimbangan antara proses-proses kimia yang membentuk dan yang merusak ozon. Keseimbangan yang dimaksud disamping ditentukan oleh jumlah gas-gas yang bereaksi juga oleh laju dan efektivitas reaksi yang bervariasi ditentukan oleh intensitas sinar matahari, lokasi, suhu udara, dan faktor-faktor lain. Bila kondisi atmosfir berubah mengarah pada terjadinya reaksi pembentukan ozon maka kelimpahan ozon di suatu tempat akan meningkat. Sebaliknya bila kondisi atmosfir mengarah pada terjadinya reaksi perusakan ozon maka kelimpahan ozon akan menurun. Keseimbangan antara reaksi pembentukan dan perusakan ozon dikombinasikan dengan pergerakan masa udara di atmosfir menentukan distribusi ozon secara global dalam skala waktu harian hingga bulanan. Sejak dekade yang lalu kelimpahan ozon global telah menurun akibat meningkatkan konsentrasi gas-gas reaktif yang mengdanung klorin dan bromin di lapisan stratosfir.

Pengukuran ozon di atmosfir
Jumlah ozon di atmosfir diukur dengan menggunakan berbagai instrument baik yang dipasang di darat, dipasang pada balon sonde, pesawat udara dan satelit. Mengukur ozon bisa dilakukan dengan memasukkan udara kedalam suatu alat yang berisi sistem deteksi ozon. Cara lainnya dilakukan berdasarkan sifat unik ozon dalam hal menyerap radiasi matahari di atmosfir. Dalam hal ini, sinar matahari atau laser secara cermat diukur porsinya di atmosfir yang mengandung ozon.
Kelimpahan ozon di atmosfir diukur menggunakan berbagai teknik seperti pada Gambar 2.3. Teknik-teknik pengukuran dilakukan dengan menggunakan sifat-sifat optis dan kimia ozon. Ada dua kat e gori utama teknik pengukuran , yaitu pengukuran secara langsung dan dari jarak jauh (remote). Pengukuran ozon dengan teknik seperti ini telah sering digunakan untuk memantau perubahan yang terjadi pada lapisan ozon dan melalui pemahaman kita terhadap berbagai proses yang mengendalikan kelimpahan ozon.
Ozon di atmosfir diukur dengan berbagai instrumen baik yang ditempat di daratan, di pesawat udara, balon udara dan satelite. Berbagai instrumens dapat mengukur ozon secara langsung dengan jalan mengukur kandungan ozon sampel udara, sedangkan yang lainnya mengukur dari jarak jauh. Beberapa jenis instrument menggunakan teknik optic dengan sinar Matahari dan laser sebagai sumber cahaya, atau menggunakan reaksi kimia yang unik terhadap ozon. Pengukuran ozon total dilakukan di berbagai tempat dengan skala waktu mingguan.
Gambar 2.3. Pengukuran Ozon di Atmosfir
Pengukuran langsung kelimpahan ozon di atmosfir dilakukan dengan menarik udara langsung ke dalam sebuah instrumen. Begitu udara sudah berada di dalam instrumen, ozon dapat diukur melalui penyerapannya terhadap sinar ultraviolet (UV) atau melalui arus listrik yang dihasilkan dalam reaksi kimia dari ozon. Cara seperti itu digunakan dalam pembuatan “ozonsonde,” yang merupakan modul pengukur ozon yang bisa ditempatkan dalam sebuah balon udara yang kecil. Balon-balon udara kecil dapat terbang cukup tinggi sehingga bisa mengukur ozon di lapisan stratosfir. Ozonsonde bisanya diluncurkan setiap minggu di berbagai tempat di dunia. Instrumen pengukur ozon secara langsung dengan menggunakan sifat optis dan kimia sering dipasang pada pesawat terbang untuk mengukur distribusi ozon di troposfir dan stratosfir bawah. Pesawat terbang tertentu (high altitute aircraft) dapat terbang cukup tinggi sehingga dapat mencapai lapisan ozon di stratosfir dan dapat mencapai tempat terjauh di sekitar kutub. Pengukuran ozon juga dilakukan dengan menggunakan pesawat komersial.
Pengukuran kelimpahan ozon jarak jauh dilakukan dengan mendeteksi keberadaan ozon dari jarak yang sangat jauh dengan instrument pengukurnya. Sebagian besar pengukuran ozon jarak jauh didasarkan pada sifat unik ozon yang dapat menyerap radiasi UV. Sumber-sumber radiasi UV bisa berasal dari Matahari dan laser. Sebagai contoh, satelit menggunakan penyerapan UV matahari oleh atmosfir atau penyerapan sinar matahari yang dibaurkan oleh permukaan Bumi untuk mengukur ozon di seluruh dunia setiap harinya. Suatu jaringan detektor yang ditempatkan di darat mengukur ozon melalui jumlah sinar UV yang mencapai permukaan Bumi. Instrumen lain yang digunakan mengukur ozon dilakukan dengan mengukur absorpsi radiasi infra-merah atau sinar tampak atau emisi gelombang mikro atau radiasi inframerah. Jumlah ozon total dan distribusinya menurut lintang dapat diukur dengan teknik jarak jauh. Sinar laser yang dipancarkan dari stasiun di daratan maupun dari pesawat udara sering kali digunakan untuk mengukur ozon dari jarak beberapa kilometer sepanjang berkas sinar laser tersebut.
Penyebaran Ozon di atas Permukaan Bumi
Jumlah ozon total di atas permukaan bumi bervariasi sesuai dengan lokasi dan sekala waktu yang berkisar dari harian hingga musiman. Keragaman tersebut disebabkan oleh pergerakan udara di stratosfir dan produksi bahan-bahan kimia serta kerusakan ozon. Total ozon pada umu m nya paling rendah di equator dan paling tinggi di kutub yang disebabkan oleh pola angin musiman di atmosfir.
Ozon total di atas permukaan bumi diperoleh dengan mengukur kandungan seluruh ozon yang persis berada d i atas tempat tersebut. Ozon total terdiri dari ozon stratosfir dan ozon troposfir. Ozon total dinyatakan dengan Dobson Units ( DU ). Biasanya nilai ozon total di atas permukaan bumi bervariasi dari 200 hingga 500 DU . Nilai ozon total sebesar 500 DU, setara dengan ketebalan 0.5 cm atau 0.2 inci saja.
Konsentrasi ozon total sangat ditentukan oleh posisi lintang, dimana konsentrasi tertinggi terjadi di lintang tengah dan lintang tinggi. Hal ini terjadi akibat adanya sirkulasi udara di atmosfir yang memindahkan udara tropis yang kaya ozon menuju ke kutub pada musim gugur dan musim dingin. Kawasan dengan kandungan ozon total yang rendah terjadi di kutub pada musim dingin dan semi sebagai akibat terjadi perusakan ozon secara kimiawi oleh gas-gas klorin dan bromin. Konsentrasi ozon total terendah ( selain di Antartika pada musim semi ) terjadi juga di daerah tropis pada semua musim karena secara alami konsentrasi ozon terendah memang terjadi di wilayah tropis.
Semakin tinggi lintang suatu tempat maka semakin tinggi konsentrasi ozon totalnya. Konsentrasi terendah terjadi di kawasan tropis (lintang rendah). Gambar di bawah mengilustrasikan sebaran ozon total di seluruh dunia.
Gambar 2.4. Gambaran Konsentrasi Ozon Total di seluruh Dunia pada tanggal 7 Januari 2007
Variasi ozon total alami terhadap lintang dan bujur bumi terjadi karena dua alasan. Pertama, pergerakan udara alami menyebabkan pencampuran udara yang mengandung ozon tinggi maupun rendah. Pergerakan udara juga meningkatkan ketebalan verti k al lapisan ozon di dekat kutub, yang menyebabka n ozon total di kawasan tersebut menjadi meningkat. Sistem cuaca yang terjadi di troposfir untuk sementara waktu dapat mengurangi ketebalan ozon stratosfir di suatu tempat, sehingga pada saat yang bersamaan konsentrasi ozon total di tempat tersebut juga menurun. Kedua, keragaman terjadi sebagai akibat perubahan keseimbangan antara produksi bahan-bahan kimia perusak ozon dengan dengan proses kerusakan ozon secara alami sebagaimana udara berpindah ke tempat baru di atas bumi . Berkurangnya paparan terhadap radiasi ultraviolet matahari, akan menurunkan produksi ozon.

2.2 Pe ngertian Tentang Lapisan ozon
Elemen-elemen yang membentuk atmosfir Bumi sangat penting artinya bagi kita semua. Keseimbangan gas-gas di atmosfir telah berubah akhir-akhir ini akibat dari aktivitas manusia. Guna melindungi dan melestarikan kehidupan di muka Bumi, para ilmuwan perlu memahami berbagai faktor yang rumit yang mengendalikan keseimbangan gas-gas di atmosfir.
Atmosfir terdiri dari 78% nitrogen, 21% oksigen dan gas-gas minor, 1% argon gas-gas telusur, karbon dioksida dan ozon. Begitu sedikitnya jumlah ozon didalam atmosfir, maka jika kita bawa semua molekul-molekul ozon ke permukaan maka tebalnya hanya sekitar 3 mm. Ozon terdapat di seluruh atmosfir, tetapi sebagian besar terdapat di lapisan stratosfir, antara 15 dan 40 km di atas permukaan Bumi. Ozon inilah yang dikenal dengan istilah “Lapisan Ozon”.
Lapisan ozon melindungi bumi dari pengaruh berbahaya radiasi matahari. Radiasi ultraviolet (UV) yang berasal dari matahari berbahaya bagi kehidupan di b umi. Semakin menigkatnya jumlah radiasi UV (UV-B) dapat merusa k rantai makanan yang ada di laut. Disamping itu terdapat hubungan yang kuat antara meningkatnya UV dengan meningkatnya kasus-kasus penyakit kanker kulit dan katarak mata pada manusia. Pada dasarnya atmosfir bertindak sebagai perisai terhadap radiasi matahari melalui penyebaran atau penyerapan oleh molekul-molekul gas yang ada di dalam atmosfir b umi. Terhadap hal ini, ozonlah yang paling efektif menyerap radiasi UV. Secara alami molekul-molekul ozon terbentuk dan rusak di atmosfir Bumi. Secara alami pula penipisan lapisan ozon terjadi di atas Kutub Selatan (Antarctica) setiap musim semi (springtime).
Akan tetapi belakangan diketahui bahwa telah terjadi penipisan lapisan ozon yang tidak alami. Sejak dekade yang lalu ozon di atas Antarti k a telah semakin menipis pada musim semi secara tidak alami. Para peneliti menemukan bahwa penipisan tersebut sebagai akibat langsung dari pelepasan chlorofluorocarbon (CFC) oleh manusia ke atmosfir. Selama ini CFC secara luas digunakan sebagai zat pendorong (propellant) pada produk-produk aerosol (spray) dan sebagai media pendingin (coolant) pada alat-alat pendingin (refrigerator). Begitu terlepas ke udara maka zat kimia yang stabil ini tidak bisa terurai ketika berada di lapisan atmosfir bawah dan butuh satu dekade untuk bermigrasi ke lapisan stratosfir. Begitu mencapai stratosfir, maka molekul-molekul CFC yang biasanya stabil karena terpapar langsung terhadap radiasi UV akan terurai menjadi atom-atom yang reaktif. Atom-atom reaktif tersebut selanjutnya bereaksi dengan ozon menghasilkan senyawa baru. Sayangnya senyawa baru tersebut tidak stabil dan terus-menerus bereaksi merusak ozon. Satu atom klorin dapat merusak ribuan molekul ozon sebelum akhirnya terikat menjadi senyawa yang stabil. Ketika itu kerusakan ozon berhenti.
Gambar 2.5. Letak Lapisan Ozon pada Atmosfir
2.3 Fungsi Lapisan Ozon Bagi Kehidupan di Bumi
Ozon di stratosfir menyerap sebagian besar radiasi ultraviolet matahari yang sangat berbahaya. Oleh karena peran inilah maka ozon stratosfir sering kali di sebut sebagai good ozone . Sebaliknya, ozon troposfir yang terbentuk akibat pencemaran disebut bad ozon e karena dapat membahayakan kehidupan manusia, tanaman dan hewan.
Semua molekul ozon secara kimiawi sama, yaitu terdiri dari tiga atom oksigen. Akan tetapi ozon di stratosfir memiliki fungsi lingkungan yang sangat berbeda dengan ozon troposfir . Ozon stratosfir baik bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya karena dapat menyerap radiasi ultraviolet (UV-B) yang berasal dari matahari ( G ambar 2.6). Apabila tidak diserap oleh molekul ozon stratosfir, maka UV-B akan sampai ke permukaan b umi dalam jumlah yang membahayakan kehidupan. Bagi manusia, bila tingkat paparan terhadap UV-B meningkat, maka resiko terkena penyakit kanker kulit, katarak mata, dan menurunnya kekebalan tubuh akan meningkat pula. Paparan terhadap UV-B yang terjadi pada masa kanak-kanak dan jumlah kumulatif paparan adalah faktor penting yang menentukan resiko. Pemaparan yang berlebihan terhadap radiasi UV-B juga dapat merusak kehidupan tumbuhan di darat, organisme bersel tunggal, dan ekosistem perairan. Radiasi UV yang lain, yaitu UV-A, yang tidak terserap oleh ozon, dapat menyebabkan penuaan kulit secara prematur. Penyerapan radiasi UV-B oleh ozon merupakan sumber panas di stratosfir. Hal ini membantu memelihara kondisi di stratosfir sebagai kawasan yang stabil dimana suhu udara meningkat dengan ketinggian. Oleh karena itu ozon memainkan peran kunci dalam mengendalikan struktur suhu di atmosfir b umi.
Ozon juga terbentuk di dekat permukaan b umi melalui proses reaksi kimia alami sebagai akibat keberadaan gas-gas pencemar buatan manusia. Ozon yang dihasilkan dari gas-gas pencemar berbahaya bagi kehidupan. Paparan ozon berlebih terhadap tumbuhan dapat menurunkan hasil. Paparan ozon berlebih p ada manusia dapat mengurangi kapasitas paru-paru dan dapat menyebabkan dada sakit, iritasi tenggorokan, batuk dan memperburuk kondisi kesehatan yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru. Selain itu p eningkat a n konsentrasi ozon di troposfir dapat menyebabkan pemanasan permukaan b umi. Sumber utama pencemaran udara adalah pembakaran bahan bakar fosil dan aktifitas industri. Mengurangi emisi pencemar udara berarti dapat mengurangi konsentrasi ozon troposfir .
Gambar di bawah ini mengilustrasikan perlindungan masuknya radiasi UV-B oleh lapisan ozon yang berada di stratosfir dan membungkus seluruh permukaan b umi. Radiasi UV-B yang berasal dari m atahari (dengan panjang gelombang 280- 315 nanometer) sebagian besar diserap oleh lapisan ozon. Akibatnya jumlah radiasi UV-B yang mencapai permukaan b umi menjadi sangat berkurang. Sedangkan radiasi UV-A (315- 400- nm) tidak diserap oleh lapisan ozon.
Gambar 2.6. Fungsi Lapisan Ozon

2.4 Fenomena Penipisan Lapisan Ozon
Para ilmuwan mempelajari perusakan ozon melalui berbagai penelitian di laboratorium, model-model komputer, dan observasi langsung di stratosfir. Melalui penelitian di laboratorium, para ilmuwan mampu menemukan dan mengevaluasi terjadinya reaksi-reaksi kimia yang juga terjadi di stratosfir. Reaksi kimia antara dua gas mengikuti hukum-hukum fisika. Beberapa dari rekasi-reaksi kimia tersebut terjadi di permukaan partikel-partikel yang terbentuk di stratosfir. Berbagai reaksi yang melibatkan berbagai macam molekul seperti klorin, bromin, florin, dan iodin dan gas-gas lain yang ada di atmosfir seperti oksigen, nitrogen, dan hidrogen telah banyak diteliti orang. Penelitian tersebut menjelaskan bahwa terdapat beberapa reaksi yang melibatkan klorin dan bromin yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan kerusakan ozon di atmosfir.
Dengan menggunakan model-model komputer, para ilmuwan dapat meneliti keseluruhan pengaruh dari berbagai reaksi dalam kondisi kimiawi dan fisik seperti yang terjadi di stratosfir. Model-model tersebut termasuk angin, suhu udara, dan perubahan sinar matahari harian dan musiman. Melalui analisis seperti itu, para peneliti telah menunjukkan bahwa klorin dan bromin dapat bereaksi dalam siklus katalitik dimana satu atom klorin atau bromin dapat merusak banyak sekali molekul ozon. Para ilmuwan menggunakan hasil dari model tersebut untuk dibandingkan dengan hasil observasi waktu sebelumnya untuk menguji pemahaman kita terhadap atmosfir dan untuk mengevaluasi pentingnya berbagai reaksi baru yang ditemukan di laboratorium. Model-model komputer juga memungkinkan para peneliti untuk memprediksi keadaan yang akan datang dengan mengganti kondisi atmosfir dan parameter-parameter lainnya.
Proses perusakan ozon dimulai dengan pelepasan gas halogen yang mengandung klorin atau bromin di permukaan bumi. Salah satu contoh gas halogen yang mangandung klotion adalah chlorofluorocarbon (CFC) . Gas halogen terakumulasi di lapisan atmosfir bawah (troposfir) dan selanjutnya bergerak ke lapisan stratosfir. Akumulasi terjadi karena sebagian besar gas tersebut ketika berada di atmosfir bawah (troposfir) tidak mudah bere a ksi (stabil). Sebagian emisi gas halogen bisa juga berasal dari sumber-sumber alami. Gas-gas tersebut juga terakumulasi di troposfir dan bergerak ke lapisan stratosfir.
Gas halogen tidak bereaksi langsung dengan ozon. Pada saat berada di stratosfir, gas halogen tersebut secara kimia di ubah oleh radiasi ultaviolet dari matahari menjadi gas-gas halogen yang reaktif. Gas-gas reaktif tersebut merusak ozon yang ada di stratosfir. Rata-rata kerusakan ozon total yang disebabkan oleh gas-gas reaktif tersebut diperkirakan kecil di daerah tropis dan meningkat hingga 10% di lintang menengah (daerah sub tropis) . Di kawasan kutub, kehadiran awan-awan stratosfir kutub meningkatkan kelimpahan gas halogen yang paling reaktif. Hal ini menyebabkan kerusakan ozon terjadi lebih parah di kawasan kutub terutama pada musim dingin dan semi. Dalam kurun waktu yang relatif panjang , udara di stratosfir bergerak kembali ke troposfir, membawa gas halogen yang reaktif. Gas-gas tersebut kemudian hilang dari atmosfir oleh hujan dan salju dan terkubur di b umi. Proses ini mengakhiri kerusakan ozon oleh atom-atom klorin dan bromin yang awalnya dilepas ke atmosfir dalam bentuk molekul-molkul gas halogen.

Emisi
BPO diemisikan di permukaan bumi akibat berbagai aktivitas manusia dan proses alamiah

Transport
BPO ditransportasikan ke stratosfir akibat pergerakan udara

Reaksi Kimia
Gas-gas halogen yang reaktif bereaksi dengan molekul ozon dan menyebabkan penipisan lapisan ozon
Awan kutub stratosfir meningkatkan jumlah gas-gas halogen reaktif yang akibatnya memperparah penipisan lapisan ozon di kutub selama musim dingin dan semi

Konversi
Sebagian besar BPO dikonversikan melalui reaksi kimia yang melibatkan sinar matahari menjadi gas halogen yang reaktif

Akumulasi
BPO terakumulasi di atmosfir bagian bawah dan terdistribusi
akibat pergerakan udara

Pembersihan
Udara yang mengandung gas halogen reaktif turun ke lapisan troposfir. Gas-gas tersebut akan bereaksi dengan uap air yang terdapat di awan dan hujan untuk selanjutnya dibawa ke permukaan bumi

Gas halogen yang umurnya pendek mengalami konversi kimiawi secara signifikan di troposfir menghasilkan gas halogen reakti f dan senyawa lainnya. Molekul-molekul gas yang tidak dikonversi terakumulasi di troposfir dan kemudian bergerak naik ke stratosfir. Hanya sebagian kecil gas halogen reaktif yang diproduksi di troposfir yang bergerak naik ke stratosfir karena sebagian besar larut dalam air hujan. Contoh penting gas-gas yang bisa hilang di troposfir adalah HCFC, yang digunakan bahan pengganti BPO, bromoform, dan gas-gas yang mengandung iodine.
Gambar di bawah ini menunjukkan foto satelit lubang ozon di atas Antartika pada tanggal 6 September (gambar kiri) dan 8 Oktober 2006 (gambar kanan).
Gambar 2.8. Foto satelit lubang ozon di tas Antartika
2.5 Bahaya Yang Bisa Timbul Akibat Kerusakan Lapisan Ozon
Berkurangnya konsentrasi ozon akan menyebabkan semakin tingginya tingkat radiasi UV-B yang dapat mencapai permukaan Bumi. Pancaran radiasi UV-B yang merupakan bagian dari sinar matahari sebenarnya tidak berubah, namun semakin berkurangnya ozon maka berkurang pula perlindungan sehingga lebih banyak lagi radiasi UV-B yang bisa mencapai permukaan Bumi. Hasil studi menunjukkan bahwa tingkat radiasi UV-B yang diukur di permukaan Bumi di daerah Antartika (Kutub Selatan) meningkat dua kali lipat bersamaan dengan kehadiran lubang ozon di atas Antartika. Studi lain mengkonfirmasikan terdapat hubungan yang nyata antara berkurangnya ozon dengan meningkatnya radiasi UV-B di Kanada selama beberapa tahun yang lalu.
Dampaknya Terhadap Kesehatan Manusia
Hasil studi laboratorium dan epidemiologis menunjukkan bahwa UV-B menyebabkan kanker kulit nonmelanoma dan memainkan peran utama dalam perkembangan malignant melanoma. Disamping itu, UV-B juga dapat menyebabkan katarak. Seluruh sinar matahari sebenarnya mengnadung UV-B, sekalipun dalam kondisi ozon yang natural. Dengan demikian penting bagi kita untuk selalu membatasi paparan langsung terhadap sinar matahari. Namun demikian, penipisan lapisan ozon akan meningkatkan jumlah radiasi UV-B dan akan meningkatkan resiko terhadap kesehatan manusia.
Dampaknya Terhadap Tanaman
Proses fisiologis dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh radiasi UV-B. Terlepas dari mekanisme untuk mengurangi atau memperbaiki dampak tersebut dan terbatasnya kemampuan untuk beradaptasi terhadap meningkatnya tingkat UV-B, pertumbuhan tanaman dapat secara langsung dipengaruhi oleh radiasi UV-B.
Perubahan tidak langsung yang disebabkan oleh UV-B seperti perubahan bentuk tanaman, perubahan distribusi nutrisi di dalam tanaman, perubahan waktu fase pertumbuhan dan metabolisme sekunder, barangkali bisa sama pentingnya atau bahkan lebih penting dari kerusakan tanaman akibat radiasi UV-B. Perubahan tersebut dapat berimplikasi penting terhadap keseimbangan kompetitif dari tanaman , penyakit tanaman, dan siklus biogeokimia.
Dampaknya Terhadap Ekosistem Laut
Phytoplankton membentuk fondasi rantai makanan di perairan. Produktivitas phytoplankton terbatas pada zona euphotic, yaitu lapisan atas dari kolom air dimana cukup tersedia sinar matahari untuk mendukung produktivitas neto. Posisi dari or ganisme di zona euphotic dipengaruhi oleh prilaku angin dan gelombang. Disamping itu terdapat juga phytoplankton yang mampu secara aktif bergerak sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga mereka mampu bertahan. Paparan langsung terhadap radiasi UV-B matahari berpengaruh baik terhadap mekanisme orientasi dan motilitas di dalam phytoplankton, menyebabkan menurunnya tingkat hidup dari organisme ini. Para peneliti telah mendemonstrasikan adanya suatu hubungan langsung di dalam produksi phytoplankton akibat penipisan lapisan ozon yang mengarah pada peningkatan radiasi UV-B. Sebuah studi telah menunjukkan terjadinya penurunan sebesar 6 - 12% di daerah yang miskin ozon.
Radiasi UV-B juga telah diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada tahap pertumbuhan awal ikan, udang, kepiting, jenis ampibi dan binatang lainnya. Dampak yang paling buruk adalah menurunnya kapasitas reproduksi dan pertumbuhan larva. Dalam keadaan normalpun radiasi UVB matahari merupakan faktor pembatas, dan peningkatan sedikit saja paparan langsung terhadap radiasi UVB dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap polpulasi binatang perairan.
Dampaknya Terhadap Siklus Biogeokimia
Meningkatnya radiasi UV matahari dapat mempengaruhi siklus biogeokimia di daratan dan di perairan, dengan demikian akan merubah baik sumber (sources) dan rosot (sinks) dari gas rumah kaca dan gas telusur penting lainnya seperti karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), carbonyl sulfide (COS) dan gas-gas lainnya termasuk ozon. Kemungkinan terjadi perubahan seperti ini akan berkontribusi terhadap biosphere-atmosphere feedbacks yang memperlemah atau memperkuat pembentukan gas-gas tersebut atmosfir.
Dampaknya Terhadap Berbagai Jenis Bahan
Polimer sintetis, dan polimer alami (biopolymer), serta berbagai bahan komersial lainnya sangat dipengaruhi oleh radiasi UV matahari. Berbagai jenis bahan yang ada saat ini dapat terlindung dari radiasi UVB karena menggunakan beberapa bahan aditiv khusus. Dengan demikian adanya penigkatan tingkat radiasi UV-B matahari akan mempercepat terjadinya kerusakan bahan, memperpendek waktu pakainya di luar ruangan (outdoor).


By :
Hak Cipta © 2009 Asdep Urusan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim
Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Jl.D.I. Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas Jakarta Timur
Telp.(021) 85918473 - 8517164, Fax.(021) 85918474 - 85902521, Email : ozon@menlh.go.id

INFO LINGKUNGAN HIDUP

SAMPAH LAGI, BANJIR LAGI

Friday, 21 August 2009 15:20 administrator
http://www.greenradio.fm/index.php/green-living/conservation/897-sampah-lagi-banjir-lagi-

Timbunan sampah yang terus menggunung bukan cuma mengganggu kesehatan tapi juga berdampak pada lingkungan. Cairan rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Banjir di Jakarta juga di sebabkan menumpuknya sampah dan sungai yang makin menyempit karena tepiannya dijadikan perumahan penduduk, diperparah oleh sistem drainase yang buruk.
Saat banjir, sampah di Jakarta bisa meningkat hingga hampir dua kali lipat. Jika rata-rata volume sampah Jakarta 6.000 ton perhari, maka ketika banjir jumlahnya bisa mencapai 9.000, bahkan 10.000 ton.
Sampah berupa puing-puing, pohon tumbang, dan plastik ikut hanyut terbawa air. Sebagian dari sampah tersebut merupakan sampah yang disebabkan kerusakan akibat banjir. Namun, sebagian lagi adalah sampah yang telah lama tersangkut di sungai-sungai dan saluran-saluran air yang ada di Jakarta.
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat membentuk lingkungan yang kurang menyenangkan bagi masyarakat, bau yang tidak sedap dan pemandangan yang buruk karena sampah bertebaran dimana-mana. Memberikan dampak negatif bagi kepariwisataan.